Cari Blog Ini

Senin, 21 Mei 2018

Secuil Cerita Ujian di Madinah dan Jeddah

Assalamuallaikum wr wb..

Sudah lama saya tidak menulis di blog saya ini. Postingan terakhir adalah awal tahun 2014 dan sekarang sudah tahun 2018. Alhamdulillah, tahun ini kami dapat melakukan ibadah umrah sekeluarga walau tanpa Bapak, karena Bapak kami sudah lebih dulu dipanggil Allah SWT bulan Februari kemarin. 😢

It's okay, kali ini saya akan menceritakan secuil pengalaman saya saat di Madinah dan di Jeddah. Kami sekeluarga berangkat pada tanggal 27 April 2018 sampai tanggal 7 Mei 2018. Saya tidak akan menceritakan mengenai perjalan kami, tetapi mengenai beberapa ujian yang saya dapat di Madinah dan Jeddah.

Pertama di Madinah. Kami sekeluarga belum menukar mata uang Rupiah (IDR) ke Riyal (SAR), memang kami sudah berencana dari awal untuk menukarkannya di Arab Saudi. Pada tanggal 29 April, saya meminta tolong kepada muthowif kami (Ust. Fauzan) untuk mengantar kami ke money changer terdekat dari hotel. Ada beberapa orang yang menitipkan uangnya pada saya untuk ditukarkan yaitu Ibu saya, Adek saya, Bulek saya, Bu Umi, Bu Fatonah, Bu Rohidah dan Embah Sur jadi total 8 orang termasuk saya. Yang ikut menuju money changer adalah teman-teman sekamar yaitu saya, Ibu saya, Adek saya, Bulek saya, Embah sur, Bu Umi, Mbk Peni dan Bu Harmonis (2 kamar) serta Ustad.


Setelah sampai di money charger saya tukarkanlah uang saya dan uang titipan orang-orang satu persatu, agar memudahkan saya mendistribusikannya, karena setiap transaksi ada bill nya. Nah, pada saat penukaran terakhir yaitu uangnya Embah Sur, Rp.1.300.000, petugas money changer menunjukan kalkulator ke saya, yang saya lihat tertulis nominal uang Rp.1.250.000, saya lihat petugas terlihat kesal karena pada saat itu saya berkali-kali menukarkan uang, jadi pada saat dia menunjukan kalkulatornya, saya jawab "ya" sambil menganggukan kepala. Saya membiarkan uang yang saya tukar itu kurang senilai Rp.50.000, dengan maksud "biarlah saya gantiin nanti uang selisih itu ke Embah Sur, daripada saya lihat petugas yang terlihat kesal".
Selesai menukarkan uang, banyak kegiatan yang kami lakukan, foto-foto, lihat-lihat pasar kaget (kata ustad sih namanya itu) 😁, solat zuhur, muter-muter sekitar Nabawi, barulah kami balik ke hotel, makan siang lalu ke kamar masing-masing. Di kamar saya mulai mengeluarkan uang tukar dari money changer titipan orang-orang beserta bill nya dan mendistribusikannya, terakhir saya mau menyerahkan uang punya Embah Sur yang selisih tadi. Saya hitung uangnya, kok banyak banget, saya lihat lagi bill nya betul-betul, melototlah saya melihat bill yang ternyata nol nya kelebihan satu yaitu menjadi Rp.12.500.000 = 3.250 Riyal.



Saya yang kaget, berusaha untuk tenang dan menceritakan ke Ibu saya, Adek saya, Bu Umi dan Embah Sur, mereka semua merinding mendengar cerita saya. Saya berniat mengembalikan uang tersebut hari itu juga, semua menyetujui dan mendukung saya. Saya menghubungi ustad kembali untuk minta diantar ke money changer, saya jelaskan ke ustad bahwa telah terjadi kesalahan. Namun, ternyata kegiatan rombongan jamaah pada hari itu sampai menjelang Magrib, jadi ustad menyarankan untuk mengurusnya besok.
Besok harinya 30 April, sekitar pukul 11.00 waktu setempat saya dan Pak Ustad kembali ke money changer. Sampai di sana, petugasnya berbeda dari yang kemarin. Saya minta tolong Pak Ustad menjelaskan kronologisnya menggunakan bahasa Arab, beliau sangat fasih. Kemudian petugas tersebut melihat bill yang saya tunjukan dan mulai memeriksa rekaman CCTV, lumayan lama juga kami nunggu. Semua gerakan di rekaman CCTV pada transaksi waktu itu di slow motion dan zoom in, jadi terlihat sangat jelas bahwa memang petugas kemarin teledor. Alhamdulillah akhirnya uang yang bukan hak kami sudah saya kembalikan dan diperbaiki sehingga jumlahnya betul Rp.1.300.000 = 338 Riyal. Kata Pak Ustad, ini adalah ujian, klo orang lain yang dapat uang itu belum tentu dikembalikan. Setelah itu Pak Ustad membelikan saya jus mangga, baik banget Pak Ustad.

Kedua di Balad, Jeddah, tanggal 5 Mei. Hari itu kami beserta rombongan hendak menuju Bandara King Abdul Aziz, tetapi sebelumnya singgah dulu di Balad untuk berbelanja. Saya, Adek saya dan Bu Muryati yang kebetulan mengikuti kami, memutuskan untuk berkuliner di Bakso Mang Oedin saja.


Setelah selesai. Bu Muryati minta ditemani berbelanja di Toko Ali Murah.


Nah di toko inilah, saya dan adek saya menemukan dompet di atas tumpukan kue oleh-oleh. Kami kira punya Bu Muryati, ternyata bukan. Jadi kami cek dalamnya ada sejumlah uang rupiah 50.000an dan 100.000an lumayan banyak serta satu buah KTP milik orang Sulawesi. Kami pun bingung harus ngapain, jadi kami hubungi Pak Ustad. Kami jelaskan bahwa kami ada di Toko Ali Murah, Pak Ustad sempet salah tempat karena ternyata Toko Ali Murah di Balad tidak hanya satu, tapi ada juga di berberapa meter dari tempat kami.


Akhirnya Pak Ustad datang, memberikan solusi bahwa dompetnya sebaiknya kami bawa saja ke Indonesia, nanti dikirim ke alamat tersebut. Tapi kami berpikir klo KTP nya bakal dipake di Soekarno Hatta untuk pulang ke daerahnya. Jadi solusi akhirnya adalah menjelaskan dan menitipkan ke kasir Toko Ali Murah. Harapan kami adalah semoga orang tersebut amanah. Aamiin.

Ya itulah secuil cerita saya mengenai ujian yang Allah SWT berikan di Madinah dan Jeddah. Ujian berupa uang. Alhamdulillah bisa dihadapi dengan baik. Sepulangnya ke Indonesia, Allah SWT memberikan rezeki yang halal dan berkah untuk saya dan keluarga. Alhamdulillah. 😇

Wassalamuallaikum wr wb..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar